Kalo ada yang bilang dakwah bikin prestasi belajar jeblok, itu mah kuno. Kalo ada yang asal ngecap, dakwah entar aja kalo udah selesai belajarnya, itu omongan nggak bermutu. Eits..jangan kesel dulu deh. Sebab obrolan kayak gitu, selalu jadi tameng bagi teman remaja yang emoh ngelakuin dakwah. Nah, sobat biar kamu nggak salting atas tuduhan ini, mendingan simak sampe abis buletin yang selalu dinanti ribuan remaja ini. Gleg!
Dakwah Wajib ato Kagak ?
Sobat muda, untuk ngatakan dakwah itu wajib atao kagak, nggak bisa dong dicari hukumnya lewat polling-polling-an. Imud sendiri ngadain polling bukan untuk mencari keabsahan jawaban, tapi cuman pengen sekedar tahu pendapat sobat muda tentang suatu masalah. Conto aja, di edisi kali ini, Imud nanyai mereka seputar dakwah itu wajib atau kagak. Hasilnya, 85% dari 80 responden ngejawab dakwah itu wajib dan tersisa 15% menjawab tidak wajib. Yo’ coba kita telusuri saja, bagaimana hukum dakwah itu menurut Islam.
Abdurrahman al-Baghdady dalam bukunya Dakwah Islam dan Masa Depan Umat, halaman 85 menjelaskan bagaimana hukum syara’ telah mewajibkan kaum muslimin untuk berdakwah. Secara individual, dakwah itu wajib sebagaimana Allah SWT berfirman yang artinya : “Siapakah yang lebih baik perkataanya daripada orang yang menyeru kepada (agama) Allah,….” (TQS. Fushilat 33)
Dan juga Sabda Rasulullah SAW, yang artinya : “Siapa saja diantara kamu melihat kemunkaran, hendaklah mengubah dengan tangannya. Jika tidak sanggup, maka ubahlah dengan lidahnya. Kalau juga tidak sanggup maka dengan hatinya. Ini adalah selemah-lemah iman” (HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, Turmudzi, Nasa’i, Ibnu Majah dari Abi Said al-Khudry)
Cuman untuk mengetahui status, predikat suatu perbuatan terkatogori wajib, sunnah, makruh, mubah atau haram, tidak bisa dilihat dari bentuk kalimat dalam sebuah ayat ataupun hadits. Seikh Muhammad Muhammad Ismail dalam kitabnya Fikrul Islamy, menerangkan gimana munculnya status hukum suatu perbuatan dari sebuah ayat atau hadits. Beliau menyebutkan bahwa status hukum itu bisa muncul bukan dari bentuk kalimat ayat atau hadits melainkan dari adanya indikasi-indikasi (qarinah) yang terkandung di dalam teks hadits atau ayat.
Maksudnya begini, hukum syara tentang dakwah, kita bisa tahu bahwa hukumnya wajib, setelah kita tahu indikasi (qarinah) dari ayat QS. Funshilat 33 dan hadits diatas tadi. Di ayat tersebut didahului dengan kata tanya “Wa Man Ahsana” yang artinya “Dan siapakah yang lebih perkataanya”. Dalam kaidah bahasa arab sebagaimana dijelaskan dalam Tafsir Jalalain, bahwa kata-kata “wa man ahsana….” merupakan harf istifham inkary (kata tanya ingkar) yang maknanya “la ahadan ahsana” (tidak ada yang lebih baik daripada orang yang menyeru kepada agama /Islam) atau dengan kata lain itu ada pujian bagi mereka yang berdakwah.
So, dari situ aja udah jelas qarinah tentang wajibnya dakwah. Gimana, tambah ngerti atau tambah pusing? Atao malah nggak ngerti blas ? Kalo kamu tambah pusing, sabar aja friend, kali aja jalan kamu untuk ngerti Islam emang harus berakit-rakit dulu alias bersakit-sakit kepala dulu. (backsound: padahal yang nulis juga ikut pusing…kasihan deh, aku)
Indikasi (qarinah) itu makin jelas kalo kamu simak, satu hadits dari Rasulullah SAW, berikut, yang artinya :
“Demi diriku yang ada ditangan-Nya, apakah kamu menyeru berbuat ma’ruf dan mencegah kemunkaran (dakwah), ataukah Allah SWT, akan menimpakan kepadamu siksaan yang apabila kamu berdo’a kepada-Nya, maka Allah SWT, tidak akan memperkankan do’amu’” (HR. Turmudzi dari Huzaifah bin Yaman)
Sobat bisa lihat dan fahami sendiri di hadits diatas, qarinahnya begitu jelas. Yakni Rasulullah mendahului dengan sumpah (“Demi diriku yang ada ditangan-Nya”), kemudian kita sebagai umatnya dikasih pilihan antara melakukan dakwah atau Allah akan menimpakan azab (“apabila kamu berdo’a kepada-Nya, maka Allah SWT, tidak akan memperkenankan doamu”). Adanya celaan (dzam) dan sumpah Rasul kalo kita nggak dakwah, merupakan qarinah yang nggak bisa dipungkiri bahwa dakwah adalah wajib. Otree?
What’s Next ?
Ok deh, setelah kamu ngeh bahwa hukum dakwah itu wajib menurut syariat Islam, What’s Next? Buat kamu yang emang takut ama azab Allah dan sebagai bentuk ketaatan kamu kepada Allah, pasti akan dilakuin tuh dakwah. Tapi tunggu, ternyata masih besar juga lho prosentase sobat kita yang nggak ngelakuin dakwah. Liat 59% atau 47 orang masih belum ngelakuin dakwah dan menyisakan 33 orang yang sudah berdakwah. Kamu perlu tahu juga nih friend, responden kita 80% adalah cewek. (hiii.hii, ada yang mesam-mesem, kena sentil tuh)
Tapi ada juga lho dari teman remaja yang dipolling ama Imud, ketika ditanya hukum dakwah, dan dia ngejawab wajib. Ternyata dari yang udah tahu hukumnya dakwah itu wajib, ada juga yang belum berdakwah. Menurut hitungan kita, ada sekitar 35 orang responden yang punya pendapat gitu, dan 45 responden menjawab sebaliknya alias dia tahu hukumnya dan akhirnya ngelakuin aktivitas itu. Ini baru Te-O-Pe namanya. Hayo siapa mau niru…?
Emang konsekuensinya, bisa dikatakan cukup berat, ketika kita nggak ngelakuin dakwah atau kita tahu hukumnya tapi tidak ngelakuin. Coba aja sobat liat di sekitar kita, kemaksiatan yang makin menjadi-jadi, kemunkaran yang nggak ada batasnya, kejahilan yang bikin menggigil, semuanya itu akibat kita enggan melakukan dakwah. Tul nggak?
Maka dari itu, menunda buat ngelakuin dakwah, hanya akan menambah bobroknya diri, saudara, lingkungan bahkan negara ini. Masak sih, kita diam aja kalo misal kemunkaran itu ada di depan mata kita? Jangan-jangan kita emang udah terserang virus EGP alias Emang Gue Pikirin. Kalo itu yang terjadi, wah itu tandanya kamu udah jadi manusia sekular.
Padahal kalo kamu mau bedain antara orang sekular dengan seorang muslim, itu jauuuuuuh banget. Kayak timur ama barat. Saking jauhnya, makanya Islam ngelarang kita bersikap sekular, yakni sikap meminggirkan Islam untuk ngatur kehidupan kita sehari-hari. Jelas nggak mungkin lah, gimana Islam mau dipisahin dari kehidupan. Lha wong, kita butuh ketenangan, ketentraman dan kedamaian. Yang semua itu hanya bisa kita dapatkan ketika kita pake syariat Islam untuk ngatur hidup keseharian kita. Iyo nggak?
Jelas sekali sobat, bahwa dakwah itu merupakan kebutuhan kita semua. Apalah jadinya, dunia ini tanpa dakwah. Aktivitas terendah dari kita berdakwah, seperti disebutkan hadits diatas tadi, mengingkari dalam hati. Nah, kalo kita mengingkari dalam ati aja nggak bisa, bagaimana kita mo berdakwah? Naga-naganya kita setuju ama kemaksiatan yang terjadi. Nggak nuduh sih, tapi memvonis (he…hee..he)
Nggak koq friend. Kita bisa bilang gitu karena teman remaja ketika ditanyai sikapnya kalo tahu temannya nggak dakwah, sebagian mereka menjawab EGP dan juga bilang Hak Asasinya dia. Tapi alhamdulillah 58% atau 47 remaja kita masih ada yang punya kesadaran baik untuk mengingatkan teman yang nggak dakwah. Mengingatkan teman yang nggak ngelakuin dakwah, juga merupakan bagian dari dakwah lho. Jadi jangan sungkan, takut, minder untuk ngingetin teman kamu yang belum berdakwah. Sebab hasil polling ada sekitar 47 orang yang belum berdakwah dari 80 responden seluruhnya. Kasihan khan ?
Dakwah? Easy Going aja lah !!
Kalo ada yang bilang gitu, kita patut bertanya ke dia, sampe dimana tingkat kepedulian dia terhadap saudaranya. Sebab, dakwah itu sejatinya merupakan wujud kasih sayang sesama kita. Ibaratnya, ketika kita mo menyelamatin teman kita yang mo masuk jurang, kita udah bilang ke dia, jangan masuk jurang, tapi dianya nekat aja sambil ngedekati bibir jurang, akhirnya terpaksa kita menarik tangannya dan akhirnya teman kita selamat. Meski teman kita bilang, tangannya sakit gara-gara kita tarik tadi. Tapi coba apa yang terjadi, kalo kita biarin dia masuk jurang, sambil bilang EGP…Wah, alamat…tahlilan deh.
Gitulah sobat, kita nggak bisa tinggal diam terhadap maraknya kemaksiatan di depan kita. Meskipun kadang kalo kita mendakwahi orang, ada perasaan nggak enak atau orang yang kita dakwahi “sakit” hati, seperti teman yang kita tarik tangannya tadi. Lagi-lagi, pikirkan deh, apa yang terjadi lebih dari itu jika kita nggak ngelakuin kewajiban dakwah.
Apalagi nggak ngelakuin dakwah cari alasan sibuk sekolah atau kuliah. Apa dakwah itu memvorsir tenaga dan waktu, sehingga musti ninggalin dakwah hanya gara-gara belajar. Tulalit khan ?
Ada juga yang khawatir kalo dakwah nanti prestasinya menurun. Jujur aja jack, bener nggak sih prestasimu menurun karena dakwah. Jangan-jangan emang kamunya nggak belajar, sehingga sering dapat nilai delapan ngakak alias 3. Lagian jangan bawa-bawa dakwah dong, kalo emang kamunya nggak pinter-pinter banget ngatur waktu. Dakwah baru sebiji dua biji aja, lagaknya udah kayak manajer yang sok sibuk.
Sobat muslim, kalo mau dicari-cari alasan teman remaja ninggalin dakwah banyak banget. Bahkan kalo ditulis atu-atu, buletin ini nggak cukup. Tapi yang jelas, dakwah nggak bisa ditinggalin hanya karena alasan sepele dua pele. Apalagi alasan sibuk belajar atau masih skul, itu mah alasan yang kalo didengerin burung beo aja, bisa ketawa-ketiwi.
Kawan, Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, jika bukan kaum itu sendiri yang merubahnya” (TQS. ar-Ra’du 11)
Then, siapa yang bisa ngubah diri kita jadi baik, kalo bukan kita sendiri. Demikian juga dengan lingkungan, masyarakat dan negara. Makanya, sekaranglah saat yang tepat untuk berubah. Yup, ketika kamu masih muda, ketika tenagamu banyak dibutuhkan. Ketika kamu masih kuat, tidak sebagaimana orang yang lanjut usia, apalagi yang sakit-sakitan, kebelakang untuk be-ol aja mereka harus ditolong orang lain. Kamu ? Jangankan ke belakang, ke depan, ke samping, ke bawah, keatas pun diladenin. (he..he..garing ya?). So, siapkan dirimu untuk menerima estafet dakwah. Sekarang juga, jangan ditunda. Ok? (luky)
www.prayoga.net